Kamis, 16 Oktober 2008

Mountaineering

Mountaineering

Mountaineering, mungkin untuk para adventurer merupakan kata yang gak asing lagi didengar. Tapi, untuk orang yang biasa duduk di kantor-kantor munngkin kata ini merupakan hal yang baru. Mountaineering merupakan suatu kegiatan mendaki gunung, suatu perjalanan petualangan ke tempat-tempat yang tinggi .

Mountaineering dapat dibagi menjadi : Hill Walking, Rock Climbing dan Ice/Snow Climbing. Hill Walking merupakan perjalanan biasa melewati serangkaian hutan dan perbukitan dengan berbekal pengetahuan peta/kompas dan survival. Untuk Rock Climbing, medan yang dihadapi berupa perbukitan atau tebing di mana sudah diperlukan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh atau untuk menambah ketinggian. Ice/Snow Climbing hampir sama seperti halnya dengan Rock Climbing, namun medan yang dihadapi adalah perbukitan atau tebing es/salju.

Dalam mountaineering terdapat 2 klasifikasi pembedaan, yaitu :

1. Pembedaan yang pertama adalah antara Free Climbing dengan Artificial Climbing.Free Climbing adalah suatu tipe pemanjatan di mana si pemanjat menambah ketinggian dengan menggunakan kemampuan dirinya sendiri, tidak dengan bantuan alat. Dalam Free Climbing, alat digunakan hanya sebatas pengaman, bukan sebagai alat untuk menambah ketinggian. Bedanya dengan Artificial Climbing, di mana alat selain digunakan sebagai pengaman, juga berfungsi untuk menambah ketinggian.

2. Pembedaan yang kedua adalah antara Sport Climbing dengan Adventure Climbing.Sport Climbing adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraganya. Dalam Sport Climbing, pemanjatan dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu untuk menjaga kesehatan. Sedangkan pada Adventure Climbing, yang ditekankan adalah lebih pada nilai petualangannya.

Peralatan dalam Mountaineering

1. Tali
Fungsi utama tali adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh sampai menyentuh tanah (freefall).

Berbagai jenis tali yang digunakan dalam Panjat Tebing adalah :

v Tali serat alam

Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.

v Hawser Laid

Tali sintetis, plastik, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih sering digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relatif lebih kuat dibanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah serta berat.

v Core dan Sheat Rope (Kernmantel Rope)

Tali yang paling banyak digunakan saat ini, terdiri dari lapisan luar dan dalam. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang umum dipakai bergaris tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk pendakian yang mudah, snow climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9 mm atau 7 mm. Tali ini memiliki sifat-sifat :

Ø Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.

Ø Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.

Ø Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh.

Ø Memiliki kelenturan yang baik bila mendapat beban kejut (karena pendaki jatuh, misalnya).

Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%.

2. Webbing (tali pita) dan Sling

Seringkali kita menyebut webbing sebagai sling atau sebaliknya. Webbing memiliki bentuk seperti pita, dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan berbentuk tubular, sering digunakan untuk :

Ø Harness (tali tubuh), swami belt, chest harness, atau

Ø Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), tangga (etrier) atau untuk membawa peralatan.

3. Carabiners (snapring, snapling, cincin kait)

Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan runners (titik pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot pendaki yang terjatuh. Persyaratan yang harus dibuat oleh assosiasi pembuat peralatan panjat tebing mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force (kp) atau sekitar 2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000 pounds. Carabiner yang terbuat dari campuran alumunium (Alloy) ini sangat ringan dan cukup kuat, terutama yang bebentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja mempunyai kekuatan yang sangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relatif berat bila dibawa dalam jumlah banyak untuk suatu pendakian.

Bagian yang paling lemah dari carabiner adalah pin, carabiner bentuk D relatif lebih aman dibanding bentuk oval, karena terdapat cekungan yang memberi ruang bagi pin saat carabiner mendapat beban. Kelebihan dari carabiner bentuk oval adalah relatif mudah dikaitkan pada piton. carabiner dibagi menjadi dua yaitu yang ada pintunya (screw gate) dan tanpa tutup (non screw gate).

4. Piton (peg, paku tebing)

Terbuat dari bahan metal dalam berbagai bentuk. Berfungsi sebagai pengaman, piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang atau melepas piton digunakan hammer. Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam 4 jenis, yaitu Bongs, Bugaboos, Knife-blades dan Angle. Piton jenis angle, knife-blades, dan bongs biasanya digunakan untuk rekahan horizontal maupun vertikal. Sedangkan yang bugaboos biasanya dibuat khusus untuk horizontal atau vertikal saja.

5. Chock

chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runners). Dibuat dalam beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi : sling chock, wired chock, dan rope chock. Diantaranya berbentuk hexentric dan foxhead. Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara memasang chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan.

6. Ascendeur

Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari prusik, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam menggunakan ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada carabiner.

Ascendeur terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

Ø Jumar

Merupakan alat bantu naik pertama, terbuat dari kerangka alumunium dan baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7 - 11 mm dan berkekuatan 1100 pounds. Jumar sendiri dapat dibagi menjadi 3 macam :

· Standard jumar

· Jumar

· Jumar CMI 5000 (ColoradoMountains Industries). Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.

Ø Clog

Alat naik mekanis yang lain, mempunyai prinsip kerja yang sama seperti jumar.

7. Descendeur

Alat ini digunakan turun tebing (abseiling, rapeling). Pada prinsipnya untuk menjaga agar pendaki tidak meluncur bebas. Keuntungan lainnya adalah tubuh tidak tergesek tali, sehingga tidak terasa panas.

Jenis-jenis Descendeur :

Ø Figure of eight

Ø Brake bar

Ø Bobbin (petzl descendeur)
- single rope
- double rope

Ø Modifikasi carabiner (Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar).

8. Etrier (tangga)

Pada Atrificial Climbing, etrier menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.

9. Harness

Harness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh, Juga akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke tubuh dengan simpul bowline on a coil.

Macam-macam Harness :

Ø Full body harness

Harness ini melilit di seluruh tubuh, relatif aman dan biasanya dilengkapi dengan sangkutan alat disekeliling pinggang. Sering dipakai di medan salju/es.

Ø Seat harness

Harness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu mengganggu pendaki dalam bergerak. Seat harness dapat dibuat dari webbing (swami belt) dan diapersling atau dengan menggunakan figure of eight sling.

10. Helm

Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan.

11. Sepatu

Sepatu sangat berpengaruh pada suatu pendakian, ini pun tergantung pada medan yang akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang bersol tipis dan rata. Sedangkan untuk medan sand stone (batu pasir) atau medan basah dipakai yang bersol tebal dan bergerigi.

TALI-TEMALI

Tati-temali merupakan pengetahuan dasar penting untuk seorang pendaki. Beberapa simpul yang perlu diketahui adalah:

v Figure of eight knot (simpul delapan)
Paling sering dipakai, mudah dibuat serta melepaskanya setelah mendapat beban. Simpul ini dipakai untuk menyambung tali.

v Water knot (simpul pita)
Sering digunakan untuk menyambung webbing/sling/tali pita, meskipun dalam keadaan basah.

v Bowline
Biasanya dipakai untuk anchor (titik tambat), karena sifatnya yang bila mendapat beban akan semakin mengikat. Bowline terdiri dari :

Ø Basic bowline

Ø Bowline on the bight

v Fisherman’s knot (simpul nelayan)
Simpul ini sangat baik untuk menyambung tali, baik tali dalam keadaan basah ataupun bila dua tali yang disambung berbeda ukuran. Yang biasa digunakan :

Ø Single fisherman’s knot

Ø Double fisherman’s knot

v Sheet bend

v Prusik

v Overhand Loop


sumber : cumfire.wordpress.com

Tidak ada komentar: